Gempa, Patahan, dan Kerusakan

Bulan Desember 2022 pada akhir Tahun ini, Ketua Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana (Prof. Drs. Adi Susilo, M. Si., PhD), memaparkan Tulisan di Radar Malang Jawa Pos Pada tanggal 15 Desember 2023 dengan judul Gempa, Patahan dan Kerusakan. Penulis  (Prof. Drs. Adi Susilo, M. Si., PhD)  tergerak  disebabkan masyarakat mendapatkan berita dan bahkan mengalami gempa bumi. Gempa Cianjur, dimana gempa utamanya terjadi tanggal 21 November dan mempunyai kekuatan M 5,6. Sumber gempanya ada di darat, dengan kategori gempa dangkal, yang mengakibatkan banyak korban, seperti yang diberitakan Bupati Cianjur, yaitu lebih dari 600 orang yang meninggal. Gempa ini juga menelan kerugian harta benda dan infrastruktur yang tidak kecil, maka sangatlah patut, bahwa bencana gempa bumi, mengakibatkan rasa takut masyarakat lagi. Reaktifasi patahan di darat, yang memang ada jejak seismic, seperti yang diinformasikan oleh PUSGEN, menjadi sesuatu memberikan kekhawatiran baru, yaitu, patahan patahan tersebut mulai aktif lagi. Memang betul, patahan darat akhibat gempa bumi, biasanya mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Namun, kita juga perlu , bahwa patahan yang ada di peta geologi. perlu juga kita perhatikan.

Beberapa tempat  seperti Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Di desa ini, didapatkan adanya rumah rumah yang retak, kabel PLN tegangan tinggi, ada yang menegang di antara dua tiang yang besar, dan pada dua tiang berikutnya, ada pengendoran. Rumah yang terbuat dari beton, pada penyambung bagian atas, ternyata mengalami keretakan. Pintu tamu sdh tidak bisa dbuka, ataupun di tutup lagi, dan juga temboknya terlihat adanya keretakan. Hal ini adalah, diakibatkan oleh adanya tanah bergerak. Setelah penulis telusuri, ternyata memang ada suatu garis memanjang, yang melewati rumah dan juga tanah antara dua tiang listrik tersebut. Jika diteruskan, ternyata garis ini memanjang lagi, sehingga ada suatu amblesan dan longsoran, yang merusak rumah dan jalan di tempat yang lain.


Berbeda tempat lagi  di daerah Blitar, Pada peta lembar Blitar, memang digambarkan adanya patahan, Namanya patahan Pohgajih. Daerah ini terletak di desa Pohgajih, dan memang dekat dengan stasiun Pohgajih, Blitar. Di daerah ini, didapatkan juga, rumah rumah retak dan mempunya kelurusan seperti yang terdapat di dalam peta. Disamping itu, ada juga tempat lain, tapi masih disekitar daerah ini, adanya suatu kelurusan lain, dengan adanya rumah yang retak. Penulis dan team, mengadakan penelitian geofisika (Geolistrik Resistivitas), dan hasil ini telah penulis publikasikan pada tahun 2018 di sebuah jurnal internasional bereputasi. Salah satu saran nya adalah, bahwa hindari membangun suatu Infrastruktur dan perumahan, yang memotong suatu garis patahan tersebut. Masih ada beberapa daerah yang telah penulis dan team teliti, diantaranya adalah desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading (yang rusak akibat gempa bumi 10 April 2021 dan tahun 2001 yang lalu), desa Srimulyo kecamatan Dampit, yang terjadi amblesan dan pergeseran jalan, juga daerah jalur ke Kecamatan Gedangan, Malang selatan. Untuk ketiga daerah tersebut dan daerah daerah lainnya, akan penulis bahas pada waktu yang lain.
Dari kedua hal di atas, dengan ramainya kejadian dan pemberitaan mengenai gempa, akibat patahan di darat, dan juga gempa Outer Rise (Gempa yang terjadi di belakan, kalau di daerah Jaw Timur adalah terletak di sebelah selatan jalur tumbukan, Subduction Zone) beberapa waktu lalu di daerah Jember dengan kekuatan M 5,2 dan kedalaman 10 km, maka sangatlah perlu sekali dikenali dan diteliti, untuk patahan patahan, khususnya di daerah Malang, dan juga Jawa Timur sebagai suatu Mitigasi bencana di jawa Timur. Kadang, patahan di suatu daerah akan aktif, akibat adanya gempa di tempat lain, tapi kadang juga tidak berakibat apa apa. Jadi, walapun suatu patahan tidak ada di daftar PUSGEN, tapi kalau patahan tersebut ada di peta, maka sangatlah perlu untuk adanya penelitian lebih lanjut. Seperti diketahui, bahwa yang bertanggung jawab dalam hal mitigasi bencana, bukan hanya pemerintah, namun PENTAHELIX, maka sangatlah perlu untuk bisa berdiskusi dengan para akademisi dan relawan, untuk meneliti daerah yang rawan terhadap bencana alam (bukan semata mata gempa bumi, tapi bisa juga longsor, ambles atau subsiden) lainnya. Kerjasama adalah suatu keniscayaan. PENTAHELIX perlu sepenuhnya diimplementasikan (Evi Wikansari)

DISKUSI RENCANA PENANGULANGAN BENCANA- BPBD KAB. KEPULAUAN ANAMBAS

Kerjasama baru dengan BPBD Kabupaten Kepulauan Anambas  tahun 2022 ini dilaksanakan Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya. Pada tanggal 18 Mei 2022 kedatangan Tim dari Pemerintah Kabupaten Anambas yaitu Bpk. Mariady (DPRD Komisi 1), Bpk. Kaban( Kepala Pelaksana BPBD Kab. Kepulauan Anambas), Bpk. Nyaman Bukhori (Kasie  Kesiapsiagaan BPBD Kepulauan Anambas), Bpk. Abdul Rasyid (Kabag. Fasilitasi Pengawasan, Bpk. Sulaiman (Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan), Bpk. Syarif Ahmad (Staf BPBD Kepulauan Anambas dan dari Tim Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana  dihadiri oleh  Bpk. Prof. Drs. Adi Susilo, M. Si, PHd (Ketua Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana UB), Bpk. Fadly Usman, ST., MT ( Ketua Tim Pelaksana),  Bpk. Seftiawan Samsu Rijal, S.Si., M.Sc.(Anggota Tim),  Bpk. Ns.Mukhamad Fathoni, S.Kep.,MNS (Kadiv. Kesehatan dan Psikologi), Sdr. Affriza Eka Satria Pratama, ST (Anggota Tim), Sdri. Murfita Wikansari , ST (Anggota Tim).

Kunjungan ini di buka oleh Ketua Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya oleh Prof. Drs. Adi Susilo, M.Si, Ph.D  dan dilanjutkan dengan Diskusi  Rencana Penanggulangan Bencana yang disampaikan presentasi oleh Bapak  Dr. Eng. Fadly Usman, ST., MT. Selaku Ketua Pelaksana Kegiatan Kerjasama.

Adapun yang dibahas dalam Diskusi tersebut adalah Rencana Resiko Bencana ini akan dilakukan Pengkajian Bahaya Banjir, Pengkajian Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Pengkajian Kebakaran Hutan dan Lahan, Pengkajian Bahaya Kering, Pengkajian Bahaya Tanah Longsor dan Pengkajian Bahaya Covid – 19. Pengkajian Kerentanan  dan Kapasitas dapat dilihat dari Kerentanan Sosial ( Kepadatan penduduk, Laju Pertumbuhan penduduk, Persentase penduduk balita dan lansia, penduduk berpendidikan rendah, persentase penduduk difabel, persentase perempuan), Kerentanan Ekonomi ( Persentase rumah tangga miskin), Kerentanan Fisik (kepadatan bangunan, persentase  kawasan terbangun), sedangkan Kapasitas  dapat diliat dari Modal Alam ( Akses air Bersih), Modal Finansial (Kepemilikan  tabungan, kepemilikan kendaraan), Modal Fisik( Konstruksi rumah), Modal Manusia( Pengetahuan masyarakat tentang bencana, keikutsertaan dalam pelatihan bencana, keikutsertaan dalam sosialisasi bencana), Modal  Sosial ( Kepercayaan kepada tokoh masyarakat, kepercayaan kepada sesama masyarakat)

Strategi Pegurangan Resiko bencana akan dilakukan 3 tahap yaitu tahap Perencanaan , Tahap pembangunan dan tahap pengelolaan. (Evi Wikansari)